INFO HUMAS POLRI Aek Nabara, Labuhan Batu — Kota Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, tengah berada dalam kondisi darurat lingkungan. Tugu Ikonik Bilah Hulu—yang dulunya menjadi lambang kebanggaan masyarakat—kini berubah menjadi sumber penyakit dan simbol kegagalan kepemimpinan. Tumpukan sampah yang membelit tugu ini tidak hanya mengganggu pemandangan kota, tetapi juga menyebarkan aroma busuk dan potensi ancaman kesehatan yang nyata bagi warga sekitar.
Ironisnya, lokasi tumpukan sampah ini hanya berjarak beberapa meter dari Kantor Camat Bilah Hulu. Namun hingga berita ini diturunkan, belum terlihat adanya langkah konkret dari pihak kecamatan untuk menertibkan kondisi tersebut.
⚠️ Pembiaran yang Berujung pada Krisis
Investigasi Kabiro Nusantara News Today di lapangan mengungkap fakta pahit: persoalan ini bukan sekadar tumpukan sampah biasa, tetapi mencerminkan gagalnya koordinasi antarinstansi pemerintah, minimnya pengawasan, dan lemahnya kemauan untuk bertindak.
Ketika dikonfirmasi, Kasi Sosial Kecamatan Bilah Hulu, J. Saragih, menyampaikan pernyataan yang memicu kekecewaan publik:
“Kalau masalah pemandangan sampah itu bukan wilayah saya. Tapi saya usahakan Bapak bisa bertemu langsung dengan Camat.”
Pernyataan ini seakan mempertegas bahwa di tengah kondisi darurat lingkungan, masih ada pejabat yang lebih memilih melempar urusan daripada mencari solusi. Ketika ditanya tentang tumpukan sampah di sekitar kantor camat, ia justru menyindir balik:
“Kenapa hanya kantor camat yang disorot? Di tempat lain juga banyak sampah.”
Jawaban ini mencerminkan sikap defensif, bukan solutif.
BACA JUGA ARTIKEL INIÂ Edukasi Sobat Polri: Mengenali Ragam Modus Kejahatan di Era Digital
❌ Camat Bilah Hulu Dinilai Tak Bertindak
Lebih mencengangkan lagi, dari hasil investigasi diperoleh informasi bahwa Camat Bilah Hulu enggan bertindak tegas karena khawatir akan gesekan antarinstansi. Namun masyarakat bertanya-tanya, apakah kekhawatiran birokratis ini lebih penting daripada kesehatan dan kenyamanan warga?
“Bagaimana mungkin seorang camat yang kantornya hanya selemparan batu dari tugu tidak melihat kondisi sampah yang menumpuk? Apakah beliau tidak mencium aroma busuk yang tiap hari tercium di sekitarnya?” ujar salah satu warga dengan nada kecewa.
đź§Ş Tugu Bersejarah Jadi Sarang Penyakit
Tumpukan sampah di sekitar Tugu Bilah Hulu telah menarik hama seperti lalat, ulat, dan menjadi pusat penyebaran bau tak sedap yang menyelimuti kawasan pusat kota. Warga yang melintas pun mengeluh, tidak hanya soal estetika, tetapi juga soal kesehatan anak-anak dan aktivitas masyarakat sekitar.
“Tugu ini dulu simbol kebanggaan, sekarang jadi tempat orang buang sampah sembarangan. Bukannya ditertibkan, malah dibiarkan seperti tempat pembuangan akhir,” tambah warga lainnya.
📣 Harapan Rakyat: Aksi, Bukan Alibi
Warga Aek Nabara tidak menuntut fasilitas mewah atau janji manis, mereka hanya ingin lingkungan yang bersih dan aman untuk hidup.
Jika para pemimpin daerah—baik di tingkat kecamatan maupun DLH—terus mengedepankan alasan birokrasi dan saling lempar tanggung jawab, maka jangan salahkan rakyat jika mereka tidak lagi percaya pada pejabatnya.
BACA JUGA ARTIKEL INIÂ Lawan Hoax, Perkuat Persatuan: Tanggung Jawab Bersama di Era Digital
📢 Imbauan untuk Pemimpin Daerah
kabiro Nusantara News Today secara terbuka mengimbau kepada:
-
Camat Bilah Hulu untuk segera bertindak, menggunakan wewenang yang dimiliki demi menertibkan wilayahnya.
-
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Labuhan Batu untuk tidak hanya mengawasi, tetapi juga turun langsung ke lapangan.
-
Bupati Labuhan Batu agar memberi perhatian serius terhadap kondisi ini sebelum menjadi krisis yang lebih luas.
📌 Kesimpulan Redaksi
Tugu Bilah Hulu kini tak lagi jadi lambang kemajuan, tapi simbol nyata dari pembiaran, ketidakpedulian, dan arogansi kekuasaan yang tak mau turun ke realitas rakyat.
Jika hari ini pemerintah daerah masih diam, maka esok rakyat akan bicara lebih keras.
📝 Ditulis oleh:
Kabiro & Tim Investigasi Nusantara News Today – Labuhan Batu
📍 Lokasi Liputan: Tugu Bilah Hulu – Aek Nabara
📸 Dokumentasi dan rekaman tersedia di redaksi